Yuke Widya Permatasari : Mendorong Empowerment Melalui Keterampilan di Era Modern
BANDUNG - Di era revolusi industri 4.0 saat ini, persaingan masyarakat dalam mendapatkan pekerjaan sangatlah ketat. Tenaga asing serta perkembangan digitalisasi menjadi salah satu faktor persaingan tenaga kerja. Maka dari itu dibutuhkan skill agar mampu menghadapi persaingan globalisasi.
“Skill itu terbagi menjadi 2, hard skill dan soft skill. Masyarakat cenderung berfokus mengasah hard skill, dan mengenyampingkan soft skill. Padahal di dunia industri, yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah keduanya. Hard skill memberikan dasar teknis, sedangkan soft skill memfasilitasi interaksi dan kolaborasi yang efektif dalam berbagai konteks.” Ujar Yuke, yang merupakan seorang HRD staff.
Kebutuhan perusahaan dalam membangun dan mengembangkan usaha tentu akan selalu ada keterlibatan sumber daya manusia di dalamnya. Menurut Yuke, “Untuk dapat mencetak kualitas SDM yang mampu berdaya saing, kita harus mampu mengasah skill dengan memberdayakan diri kita sendiri, yaitu melalui kegiatan positif yang kita lakukan. Dengan mengikuti kegiatan seperti berorganisasi, perlombaan, kelas informal dan kegiatan positif lainnya.”
Yuke juga aktif sebagai duta di daerahnya seperti Mojang Kota Cimahi, Puteri Pemberdayaan Perempuan Indonesia, Duta Koperasi Jawa Barat. Terlihat dari instagramnya @yukewdyp , Yuke mampu menunjukkan bahwa skill dan kegiatan positif dapat berkolaborasi mencetak kualitas diri yang mampu berdaya saing.
Saat ini degradasi kualitas SDM semakin meningkat, sehingga dikhawatirkan dapat mencetak pengangguran di era modern ini. Menurut Yuke, “Selagi memiliki waktu, jangan pernah takut untuk mencoba, gerbang pembuka untuk dapat melakukan hal tersebut adalah keberanian. Berani untuk melangkah, berani meninggalkan zona nyaman, dan berani meninggalkan hal negatif. Hal penting lainnya harus memiliki hobby, meningkatkan kualitas diri bisa pula melalui hobby. Hobby itu tidak hanya meningkatkan peluang kerja, tetapi juga membantu kita membangun kepercayaan diri dan mandiri dalam berbagai aspek kehidupan.”
Beberapa organisasi non-pemerintah dan komunitas telah berhasil mengimplementasikan program yang berfokus pada keterampilan. Contohnya, program pelatihan menjahit dan kerajinan tangan di daerah pedesaan telah membantu masyarakat tidak hanya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga untuk menciptakan jaringan sosial yang kuat. Melalui keterampilan yang mereka pelajari, harapannya masyarakat bisa menjadi tenaga kerja yang mampu berdaya saing atau bahkan mampu menjadi wirausahawan yang mandiri dan berdaya.