Yudi Purwanto; Ngopi Diplomasi
Sebagian orang begitu gelisah ketika harga BBM melambung tinggi, tapi aku lebih gelisah kalau harga secangkir kopi tak lagi terjangkau dan sukar dibeli. Karena artinya, peradaban sedang terancam.
Nilai secangkir kopi, bukan hanya tentang rasa dan aroma, tetapi juga makna, menyimpan berbagai dimensi filosofis tak terhingga. Warna Hitam pekat, rasa manis pahit dan sedikit asam, adalah gambaran dari dinamika kehidupan.
Ada yang sakit karena cintanya tertolak, ada yang murung ditindas kenyataan, ada yang bahagia dibuai harapan, dan ada yang biasa-biasa saja karena tak ingin gila.
Kopi adalah media mistical, yang dapat membuat penikmatnya pindah alam, menembus batas-batas realitas. Karena itu, ia tak layak disejajarkan oleh minuman apapun.
Dari kaum intelektual hingga agamawan, dari seniman cinta sampai tukang becak, semuanya bersatu dalam adukan yang sama, Dan suara seruputtz, adalah nyanyian biola, selalu menggoda para pemujanya.
Bahkan istilah NGOPI sudah menjadi bahasa diplomasi, sebuah kata pembuka untuk melakukan transaksi. Melancarkan misi, mencari sesuap nasi, atau sekedar melepas penat sambil ketawa-ketiwi. Apapun minuman yang dipesan, judulnya tetap ngopi.