Tolak Pencatutan Nama AMM Mendukung Politik Pragmatis, Kader Muhammadiyah Minta Luruskan Kiblat Perjuangan
JAKARTA- Beberapa bulan lalu, tepatnya Minggu (30/4/2023) Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir menyampaikan pesan penting terkait sikap Muhammadiyah pada Pemilu 2024.
Dalam satu inti poin, Haedar menyampaikan kegeramannya terhadap sejumlah kader Muhammadiyah yang membawa nama Muhammadiyah untuk mendukung bakal calon presiden.
Haedar juga mengingatkan anggota hingga kader Muhammadiyah agar tidak menggunakan Simbol atau Atribut Muhammadiyah dalam dukung mendukung di Pemilu 2024.
Pesan tegas tersebut disampaikan dalam agenda Silaturahmi Idul Fitri 1444H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
"Jangan membawa-bawa simbol organisasi, apalagi organisasinya, simbolnya aja tidak boleh,” tegas Haedar Nashir.
Lebih keras lagi, Haedar Nashir juga memperingatkan agar tidak menjadi petugas partai di Muhammadiyah.
“Jadilah petugas Muhammadiyah, tapi jangan menjadi petugas partai di Muhammadiyah," tegas Haedar Nashir.
Peringatan keras tersebut bukan tanpa dasar atau kebijakan personal Haedar Nashir sebagai Ketua Umum. Namun, itu merupakan Khittah atau Pedoman Muhammadiyah yang telah dipegang teguh selama organisasi ini berdiri. Karena perpolitikan merupakan urusan masing-masing individu tanpa menyeret atau menunggangi nama dan identitas besar Muhammadiyah.
Berangkat dari pernyataan tegas tersebut, tentu sangat mengejutkan ketika melihat secara gamblang hal yang bertolak belakang, di mana Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) resmi mendeklarasikan dukungan kepada salah satu capres dan cawapres.
Angkatan Muda Muhammadiyah merupakan bagian dari organisasi Muhammadiyah yang langkah pandangan dan gerak politik mengukuti keputusan organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah mampu bertahan 106 tahun karena berdiri tegak sebagai organisasi kemasyarakatan yang non-politik praktis. Karenanya Muhammadiyah dalam situasi apapun tetap istikamah di atas Khittah sebagaimana dikuatkan dalam Muktamar Makassar 2015. Khittah Denpasar 2002 sebagai persambungan Khittah 1971.
Tentu, kami sebagai kader Muda Muhammadiyah sangat geram dan mengecam keras ketika identitas rumah besar kita dimanfaatkan oleh segelintir pimpinan tertinggi AMM untuk politik praktis.
Sebuah cerminan yang tidak masuk di logika kita sebagai kader muda Muhammadiyah, di mana pimpinan kita justru melakukan hal yang sangat tidak etis, melanggar khittah, bahkan berseberangan dengan himbauan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Dalam banyak rilis pemberitaan, pencatutan nama AMM dalam deklarasi AMM Bergerak 1912 ini.
Apakah etis ketika puluhan ribu kader muda Muhammadiyah diklaim dan diseret untuk mendukung salah satu paslon capres cawapres, dan sebatas untuk kepentingan pragmatis mereka?
Sangat disayangkan sikap kader-kader Muhammadiyah yang masih menjabat di struktural kepemimpinan organisasi otonom menarik organisasi untuk ditarik untuk kepentingan politik. apalagi melekatkan simbol-simbol Muhammadiyah di dalam nya, seakan Muhammadiyah menjadi sangat kecil dan receh yang dijual hanya untuk kepentingan segelintir elit pimpinan Organisasi Otonom.
Sikap pimpinan organisasi otonom merupakan tindakan pragmatis sesaat dan menjual kader-kader Muhammadiyah untuk kepentingan pribadi. Tindakan tersebut menciderai kiblat Muhammadiyah, khususnya Angkatan Muda Muhammadiyah yang seharusnya dapat menjadi tonggak representasi kelompok muda Muhammadiyah dan menjadi tauladan yang baik.
Dengan adanya deklarasi yang menyeret dan mengeklaim puluhan ribu kader muda Muhammadiyah, kita sebagai Kader Muda Muhammadiyah wajib marah karena perjuangan kita menghidupi Muhammadiyah di berbagai sektor justru dengan mudahnya dikhianati oleh pimpinan-pimpinan kita yang sangat amat pragmatis. Jangan sampai, politik tidak etis yang dilakukan mereka mengubah nilai-nilai perjuangan AMM menjadi politik bernilai receh yang dapat dijual-belikan untuk kepentingan pimpinan ortom.
Gejolak kegeraman juga beberapa waktu terakhir sudah bermunculan di kader-kader muda Muhammadiyah. Terbaru, IMM FK UMM dan PC IMM Banyumas mengeluarkan rilis secara tegas mengecam, geram, dan penuh kekecewaan terhadap kasus pencatutan nama AMM tersebut untuk mendukung salah satu paslon.
Maka, saya mengajak seluruh kader muda Muhammadiyah untuk berani bersikap atas prilaku pimpinan AMM kita, para orang-orang yang menjadi representasi kelompok muda Muhammadiyah, agar hal serupa cukup menjadi legacy buruk pimpinan ortom saat ini, tidak menjadi budaya politik yang dinormalkan ke depan. Bentuk protes dan perlawanan kita adalah untuk menyelamatkan marwah, nilai luhur, dan meluruskan kembali kiblat perjuangan Angkatan Muda Muhammadiyah agar tetap sesuai Khittah!
Penulis : Zainuddin Arsyad, S.IP (Aktivis dan Kader Muda Muhammadiyah, Kader IMM, Presiden BEM UMY 2014-2016, Presiden Asean Muslim Students Association (AMSA) 2016).