Pemuda Milenial Berpegang pada Prinsip dan Nilai-nilai untuk Menyuarakan Partisipasi Pemilu yang Autentik

Pemuda Milenial Berpegang pada Prinsip dan Nilai-nilai untuk Menyuarakan Partisipasi Pemilu yang Autentik

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG-Pemilihan Umum (Pemilu) yang adil dan demokratis merupakan pilar utama dalam sistem pemerintahan. Pemuda Milenial, sebagai salah satu kelompok generasi yang kini memiliki pengaruh signifikan, menunjukkan partisipasi mereka dalam proses politik dengan prinsip-prinsip yang tidak bisa dikondisikan oleh penggiringan opini.

Dari catatan sejarah perjuangan kemerdekaan, kita memahami bahwa mengatasi tantangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik menjadi mustahil jika hanya mengandalkan perlawanan dengan senjata. Generasi pemuda pada masa lalu telah memberikan teladan yang baik sebagai agen perubahan di zamannya dengan menggabungkan berbagai aspek, seperti kekuatan fisik, kecerdasan intelektual, motivasi untuk kemajuan, keterbukaan berpikir, keberanian dalam bertindak, dan semangat kebersamaan.

Aspek yang mendasari seorang generasi muda memberikan potensi positif bagi Indonesia, terutama ketika negara ini sedang mengalami bonus demografi. Informasi yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Indonesia sangat menggantungkan harapannya pada pencapaian visi tersebut selama periode bonus demografi yang diantisipasi akan berlangsung pada tahun 2030-2040. Dalam kurun waktu tersebut, diperkirakan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan melampaui jumlah penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Dengan proyeksi total populasi mencapai 297 juta jiwa, sekitar 64% di antaranya berusia produktif. Sebagai bagian integral dari bonus demografi ini, diharapkan generasi muda akan menjadi pendorong utama bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Faktor penopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sangat bergantung pada saling pendidikan, dan sebagian besar generasi muda di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa di perkotaan, sebagian besar pemuda berhasil menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA atau setara, mencapai 44,18%.

Selain dengan pendidikan, faktor pengembangan dari seorang pemuda dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP). IPP merupakan indeks komposit yang memberikan gambaran mengenai status pembangunan pemuda berdasarkan 5 faktor, yaitu: (1) Pendidikan; (2) Kesehatan dan Kesejahteraan; dan (3) Lapangan dan Kesempatan Kerja; (4) Partisipasi dan Kepemimpinan; (5) Gender dan Diskriminasi. 

Milenial saat ini dikenal memiliki pemahaman kritis terhadap informasi politik. Mereka cenderung tidak hanya menerima informasi secara pasif tetapi mencari sumber-sumber informasi yang beragam. Pokok pemikiran di sini adalah bahwa partisipasi pemilu mereka didasarkan pada pemahaman mendalam dan bukan sekadar mengikuti arus opini yang terbentuk. Pemuda milenial saat ini juga sudah mampu memanfaatkan Media sosial sebagai sarana efektif bagi milenial untuk berbagi ide dan berdiskusi isu-isu politik. Mereka tidak hanya terpapar pada satu sudut pandang, tetapi dengan cepat mengakses informasi dari berbagai sumber. Fokusnya adalah bahwa partisipasi pemilu milenial lebih bersifat otonom karena pengaruh media sosial yang positif dalam membentuk kesadaran politik.

Dengan didukungnya teknologi saat ini membuat pemuda milenial sadar akan politik dan mempelajari pendidikan politik secara mandiri. Mereka tidak hanya mengandalkan informasi dari satu sumber, tetapi berusaha mendapatkan sudut pandang yang beragam. Pokok pemikiran di sini adalah bahwa partisipasi pemilu milenial tidak dapat dikondisikan karena mereka memiliki kemandirian dalam mencari pengetahuan politik.

Seiring dengan semakin meningkatnya peran milenial dalam kehidupan politik, mereka menunjukkan bahwa partisipasi mereka didasarkan pada keyakinan pribadi dan pemahaman mendalam terhadap isu-isu yang dihadapi oleh negara dan masyarakat. Ini berbeda dengan usaha untuk mengarahkan atau mengkondisikan opini mereka, karena milenial lebih cenderung membentuk opini mereka sendiri berdasarkan informasi yang diperoleh secara independen.

Melalui partisipasi yang autentik ini, milenial mengambil peran yang kritis dalam pembentukan masa depan politik. Mereka menunjukkan bahwa kebebasan dan keinginan untuk memahami isu-isu secara mendalam adalah dasar dari partisipasi politik mereka.

Penting untuk memahami bahwa mencoba mengarahkan opini milenial dengan manipulasi atau pengaruh bukanlah pendekatan yang efektif. Sebaliknya, memberikan informasi yang akurat dan membangun dialog terbuka dengan mereka merupakan kunci untuk memahami dan mendukung partisipasi politik yang autentik dari generasi milenial.

Penulis: Apriya Maharani R, M.Pd. (Pendidik dan Akademisi)

Editors Team
Daisy Floren