Menggali Perbedaan Pandangan “Pendidikan” ala Ki Hajar Dewantara dan Benjamin Bloom
BANDUNG - Dalam dunia pendidikan, dua nama yang sering muncul dalam diskusi tentang pendekatan dan teori pembelajaran adalah Ki Hajar Dewantara dan Benjamin Bloom. Keduanya dikenal sebagai tokoh penting dalam bidang pendidikan, masing-masing dengan kontribusi unik mereka yang telah membentuk arah pendidikan global.
Ki Hajar Dewantara, yang nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang pencerah dari Indonesia yang dikenal karena membangun Taman Siswa, sebuah gerakan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia, terutama di era kolonial. Pendekatan pendidikan ala Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang menghargai budaya lokal, serta memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka, serta menekankan pada aspek afektif atau sikap sebagai manusia berbudaya.
Sementara itu, Benjamin Bloom adalah seorang psikolog dan pendidik Amerika yang terkenal dengan karyanya dalam pengembangan Taksonomi Bloom. Taksonomi ini mengklasifikasikan tujuan pembelajaran menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendekatan Bloom pentingnya menciptakan lingkungan pembelajaran yang menantang, di mana siswa didorong untuk mencapai tingkat pemikiran yang lebih tinggi dan mengembangkan keterampilan yang lebih kompleks.
Perbedaan utama antara pendekatan pendidikan ala Ki Hajar Dewantara dan Teori Taksonomi Bloom adalah pada fokusnya. Ki Hajar Dewantara lebih menekankan pada aspek holistik dan kultural dalam pendidikan, yang mana hal ini sejalan juga dengan tujuan pendidikan Indonesia yakni menciptakan manusia seutuhnya dengan membentuk manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti luhur, sementara Teori Taksonomi Bloom lebih fokus pada pengembangan kognitif dan keterampilan siswa. Namun demikian, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu siswa mencapai potensi mereka sepenuhnya.
Dalam konteks pendidikan modern, penting untuk memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip dari kedua pendekatan ini. Dengan memadukan pendekatan kekuatan holistik ala Ki Hajar Dewantara dengan pendekatan kognitif yang ditekankan oleh Taksonomi Bloom, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang, inklusif, dan berorientasi pada hasil yang bermanfaat bagi perkembangan siswa.
Penulis: Apriya Maharani, M.Pd. (Ketua Kajian Kebijakan Pendidikan Indonesia Education Watch)