Mahasiswa Beraksi: Tolak Politik Identitas untuk Pilkada Serentak 2024 yang Damai

Mahasiswa Beraksi: Tolak Politik Identitas untuk Pilkada Serentak 2024 yang Damai

Smallest Font
Largest Font

Mahasiswa Beraksi: Tolak Politik Identitas untuk Pilkada Serentak 2024 yang Damai

Jakarta - Mendekati Pilkada Serentak 2024 yang akan digelar pada 27 November mendatang, mahasiswa yang tergabung dalam Indonesia Youth Network (IYN) mengadakan diskusi terbuka di Tebet, Jakarta Selatan. Minggu, (18/08).

Dengan mengusung tema "Sukseskan Pilkada Serentak 2024 yang Aman dan Damai Tanpa Politik Identitas dan Politisasi Isu SARA", acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga integritas dan kedamaian selama proses pemilihan berlangsung.

Ketua IYN, Rizky Ahmad Baihaqi, dalam sambutannya menekankan bahwa persatuan bangsa harus menjadi prioritas utama di atas kepentingan politik sempit.

"Kami, sebagai mahasiswa, memiliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya politik identitas dan politisasi isu SARA yang bisa memecah belah bangsa. Kita harus bersama-sama memastikan Pilkada 2024 berjalan aman dan damai, dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan," ujar Rizky.

Diskusi ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Ahmad Zidni Jamjami dari Lembaga Nasional Pemantau Pemilu PRODEWA dan Wahyu Al Fajri, Korpus BEM PTNU Se-Indonesia.

Ahmad Zidni mengingatkan bahwa politik identitas dan SARA sering digunakan sebagai alat untuk memecah belah masyarakat, terutama melalui media sosial.

"Kita harus cerdas dalam menyikapi konten yang beredar di media sosial. Jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar dan berpotensi merusak kerukunan antarwarga," tegasnya.

Sementara itu, Wahyu Al Fajri menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh generasi muda dalam menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.

Menurutnya, indeks demokrasi yang menurun menunjukkan kurangnya partisipasi dan keterlibatan aktif pemuda dalam politik.

"Sebagai mahasiswa, kita harus lebih dari sekadar penonton. Kita harus menjadi pelaku yang aktif berkontribusi dalam menjaga dan memperbaiki demokrasi di negeri ini, termasuk menolak politik identitas dan praktik-praktik nepotisme yang masih terjadi," ungkap Wahyu.

Sesi tanya jawab yang digelar setelah pemaparan narasumber menunjukkan tingginya antusiasme mahasiswa dalam menyikapi isu-isu yang dibahas.

Riyadh, mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah, mengajukan pertanyaan tentang dampak tumbangnya pohon beringin dalam konteks elektoral di Pilkada, sementara Hadzril dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menanyakan langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran pemilih terhadap bahaya politik identitas dan SARA.

Wahyu dari Solidaritas Mahasiswa Utama juga menekankan pentingnya membangun kesadaran untuk menolak nepotisme dan politik uang.

Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan bahwa mahasiswa harus terus mengawal proses demokrasi di Indonesia.

Mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang berani menolak segala bentuk politisasi yang dapat merusak persatuan dan kerukunan bangsa.

Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang kuat, mahasiswa optimis Pilkada Serentak 2024 dapat berjalan dengan aman, damai, dan bebas dari politik identitas serta isu SARA. (Red.resky) 

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Resky Author