Emil Setuju Hilirisasi Nikel tidak boleh berhenti dan harus dilanjutkan !

Emil Setuju Hilirisasi Nikel tidak boleh berhenti dan harus dilanjutkan !

Smallest Font
Largest Font

Sultra, Jarnas.ID- Muhammad Emil tetap eksis mendukung kebijakan hilirisasi Nikel di Indonesia tidak boleh dihentikan. Sebab dalam pandangannya, Emil menilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan adanya kebijakan hilirisasi memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap indeks pertumbuhan ekonomi negara di bidang industri mineral. Senin (05/02/2024)

Emil mengungkapkan, ketika Indonesia melarang ekspor nickelore, akibatnya industri logam dasar, barang logam, mesin dan peralatan pengolahan logam mengalami kenaikkan

permintaan. Hal ini menunjukkan prospek hilirisasi terus meningkat di Indonesia dari tahun ke tahun. Buktinya, nilai investasi industri logam ini meningkat dari 177,9 persen dalam waktu 4 tahun terakhir.

Hilirisasi sumber daya alam menjadi komoditas dimana pengolahan nikel menjadi baterai kendaraan listrik, ujar Emil

Hal yang sama pernah disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Muhammad Firman Hidayat saat menjadi pembicara dalam National Perspective

Indonesia Economic Outlook 2024 Forum di Jakarta pada Senin (2/10/2023) yang lalu.

Muhammad Firman Hidayat, menyampaikan salah satu solusi mengurangi ekspor bahan mentah adalah dengan hilirisasi nikel, ia menyebutkan hilirisasi nikel merupakan langkah

awal transformasi dan akselerasi perekonomian Indonesia”, mengutip, laman https://maritim.go.id/ milik Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Senin (05/02/2024).

Selnjutnya, Emil menjelaskan transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah (hilirisasi) sudah ditandai dengan larangan ekspor nikel ore di tahun 2020 lalu. Termasuk larangan ekspor Bauksit di tahun 2023 kemarin.

“Kita bantu pemerintah dan dorong terus industri mineral mentah untuk menjadi produk jadi akibat hilirisasi mineral dan juga fokus ke barang-barang industri lainnya”, imbuh Emil.

Pemerintah saat ini, lanjut Emil, telah menyusun roadmap hilirisasi investasi strategis dengan 21 komoditas.

Pemerintah telah memproyeksikan ada 8 komoditas di hilirisasi nilai tambah ekonominya di tahun 2023 hingga 2040, menjadi US $ 431,8 miliar. Komoditasnya diantaranya ada batubara, nikel, tembaga, timah, bauksit, besi baja, emas perak, Aspal Buton”, beber Emil.

Sebaran potensi hilirisasi investasi strategis yang ada di Indonesia tidak hanya dari mineral dan batubara saja, tapi memiliki sumber daya alam di sektor-sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan.

“Saat ini Indonesia memiliki cadangan nikel nomor satu di dunia, namun belum menjadi eksportir utama di produk turunan Nikel. Kita lihat rantai pasok, kita tahu saat ini Indonesia punya cadangan yang begitu besar. Namun, kita belum bisa jadi pemain di Nikel Sulphate, Precursorbattery, dan sampai di batterypacknya,” ungkap Emil

Pada kesempatan lain, Luhut mengklaim bahwa proyek hilirisasi nikel ini telah berhasil mensejahterakan masyarakat salah satunya terlihat dari penurunan angka kemiskinan di sekitar wilayah hilirisasi.

Misalnya saja, secara gamblang Emil menjelaskan, di Morowali dan Maluku Utara pada tahun 2015 silam sebelum ada hilirisasi tingkat kemiskinan disana mencapai 15,8 %, dan di tahun 2023 kemarin turun menjadi 12,3 %. Ekonomi Maluku Utara berhasil tumbuh sampai 23 % imbas kebijakan hilirisasi nikel yang gencar dilaksanakan sejak tahun 2015. “Nah itu karena ada pertumbuhan ekonomi disana”, tegas Emil.

Dalam rangka menurunkan kemiskinan, pemerintah juga membuka Politeknik baru disana untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) baru yang unggul.

Emil mengatakan, mahasiswa disana dapat juga terlibat dalam berbagai proyek pembangunan smelter di area tambang nikel. Bahkan, menurutnya ada beberapa mahasiswa yang berhasil di kirim ke Tiongkok untuk belajar teknologi yang lebih advance.

Editors Team
Daisy Floren